Muay Thai, antara Keindahan, Ketakwaan, dan Ketegasan
JAKARTA, KOMPAS.com — Seni bela diri muay thai ternyata menarik minat banyak orang karena memadukan keindahan seni gerak, ketakwaan dalam ritual, dan ketegasan sebagai seni tarung.
Seperti yang dikatakan atlet putri muay thai, Stefhane Rumagit, yang ikut tampil di Kejuaraan Nasional “Ask’ing Muay Thai Jak Top Fight” di Jakarta, Minggu (18/5/2014). “Yang menarik bagi saya karena olahraga ini memiliki nilai seni yang tinggi dan banyak keindahan di dalamnya, termasuk adanya ilustrasi musik ketika kita bertanding dan atlet boleh mengenakan aksesori tertentu,” ujar Stefhane seusai berlaga di kelas 60 kilogram di Basket Hall A Plaza Festival Kuningan Jakarta, Minggu (18/5/2014).
Atlet asal klub Baan Muaythai dan bermukim di Bekasi itu berhasil memenangi pertarungan ketika berhadapan dengan Selvi dari Fight Club dalam laga tiga ronde.
Mahasiswi Unkris semester akhir itu pun mengatakan, yang jauh lebih menarik lagi dalam olahraga seni bela diri ini, setiap petarung harus melakukan ritual lebih dulu sebelum bertanding.
“Dari sananya (Thailand) memang seperti itu. Tapi ritualnya kita kan disesuaikan dengan doa dan agama masing-masing. Ritual ini merupakan bagian dari pertandingan, ini sangat menarik,” ujarnya.
“Pukulan atau tendangan yang keras dari salah satu petarung muay thai dan mengena tubuh lawan sering baru terasa efeknya setelah beberapa saat,” kata Francois Mohede, dari Baan Muaythai selaku penggagas acara.
Pada partai puncak di kelas 61 kilogram internasional, Ankie Salim (Baan Muaythai) melawan Grigory Popov (Tiger Muaythai) dihentikan pada ronde ketiga setelah terjadi pendarahan di pelipis sebelah kiri Ankie Salim akibat terkena sikutan lawan. Popov yang berasal dari Rusia dinyatakan menang TKO.